Rabu, 05 Agustus 2009

Cerita Mall


Di Mall semuanya bisa terjadi...

Hidup di kota besar, seperti Jakarta membuat Mall sebagai "sahabat" terbaik yang rutin dijenguk, entah buat sekedar jalan ataupun untuk sekedar mencari keperluan tertentu. Dan, keperluan itu telah melebar maknanya, tidak hanya barang, namun bisa jadi jasa bahkan orang.

Makanya tak heran jika Mall telah berubah menjadi tempat untuk mencari pacar atau mencari kucing?

Belum lama ini gue berjalan di salah satu Mall di Jakarta dan tanpa terduga sebelumnya tiba-tiba saja ada seseorang yang mengikuti gue dari lantai lima hingga lantai dasar. Apakah gue sok kepedean?

Awalnya gue hanya mengira dia akan turun juga ke lantai dasar, namun ketika gue berjalan pelan dan membiarkan dia berjalan duluan, ternyata dia menunggu gue dengan berjalan dengan pelan juga. Dan, gue merasa bahwa hukum yang mungkin bisa berlaku di "dunia berburu dan meramu cong" akan diwakili dengan tatapan yang lebih dari 5 detik. Kalo dia straight tentu saja menatap sebentar lalu so what gitu dan gak terlalu peduli, sedangkan jika dia memang mencari mangsa tentu saja akan berbeda cerita. So, gue pancing saja dengan menatapnya lama, anjis ... dia juga natap gue. Kezumbret ... Akhirnya gue ketakutan sendiri. Lalu, gue jalan buru-buru saja sebelum diterkam. Hihihi.

Gue gak ingin mencari kucing dalam karung, klo hanya ingin kepuasan sesaat gue merasa lebih aman untuk tidak mencari orang yang bener-bener baru kenal, apalagi di mall. Huh ... Kucing buas ada di setiap sudut mall. Menakutkan. Masih banyak cara selain memilih kucing di Mall, mending yang terawat sajalah, yaitu beli kucing di petshop^^. hihhii.

Namun cerita akan berbeda jika gue tiba-tiba tabrakan dengan "coco putih dan tinggi" ketika memilih buku di Gramedia kemudian berkenalan dan ngobrol, pasti gue gak akan ketakutan.. Hahaha.

Selasa, 04 Agustus 2009

Februari


Ketika aku telah jauh meninggalkan Februari untuk melupakan setiap kisah sedih bersamanya, ternyata aku memang harus bertemu kembali dengan Februari. Aku telah melupakan sosoknya. Setiap kebahagian yang telah berlalu itu biarkan terendap bersama setiap kesedihan. Dan, biarkan Februari kembali menyapaku.

Saat itu, bulan cinta sudah akan berpamitan, tiba-tiba saja aku menemukan seseorang dari masa lalu dari facebook. Dia yang pernah aku kenal sebagai pacar dari temanku. Dia yang kemudian menemani hari-hariku dengan obrolan yang membuat Februari ku kembali berwarna merah jambu.

Setiap hari aku terpesona dengan suara khas sunda yang menyejukkan hati. Setiap hari aku mendengar ceria tawanya. Aku menikmati setiap pagi untuk sama-sama online dari dua kota yang berbeda, untuk bertukar kabar, untuk bertukar kisah, dan untuk membagi cinta.

Mungkin aku berlebihan, aku yang merasakan cinta, sedangkan dia masih terlihat meyangkalnya. Itu yang membuat aku muak. Lalu, apa arti telepon di tengah malam itu? Apa arti ucapannya yang bilang, "aku lucu"? Lalu apa artinya kedekatan yang tiba-tiba itu?

Aku paham itu tak wajar. Namun, aku memang telah menyadari bahwa dia memang menunjukan ketidakwajaran sejak awal. Meskipun dia memang pernah punya sejarah punya pacar. Aku tak terlalu peduli, bisa saja pacarnya itu hanya status palsu saja. Tentu saja dia sangat terlihat homophobic.

Ketika Februari berlalu, aku pun perlahan meninggalkannya, meskipun aku merasa sangat kehilangan. Aku tak ingin memaksa dia untuk mengakuinya, biarkan saja cinta itu mengalir seperti pertemanan saja. Toh, dia masih sering mengajakku ngobrol via ym. Itu sudah cukup bagiku dan aku pun memang harus menghargai sikapnya yang sepertinya tidak siap untuk mengucap cinta.

Di balik kisah Februari tahun ini, aku berterima kasih telah mengalami kisah kelabu Februari tahun lalu, yang telah membuatku mempunyai pengalaman tentang cinta yang masih terlihat tak wajar oleh sebagian orang.

shoutbox


ShoutMix chat widget